ERANTB.COM– Emosi itu hadir bila harapan tak sesuai realita. Sore itu aku membeli sate padang di Kuala Lumpur. Sudah terbayang rasanya seperti di daerahku di Indonesia yang bisa menggoyang lidah. Tapi ternyata aku dan istri tak selera. Cepat-cepat aku meminta penjual sate membungkusya, “Bang bungkus je boleh?”
Sampailah aku dan istri di rumah. Ubay Yaqiz yang melihat bungkusan 6 tusuk sate dengan daun pisang langsung teriak, “Sateeeeee”. Beberapa menit kemudian yang tersisa hanya tusukannya. Bumbu sate pun ludes diseruput oleh si sulung dan adeknya.
Di lain waktu aku dan istri mengajak mereka ke kedai ice cream yang menurut kami terbaik dari yang pernah kami kunjungi. Namun, bagaimana respon mereka? Ice creamnya tidak dimakan dengan antusias. Hanya dicicipi lalu bilang, “Emm enaak kok” Tanda mereka tidak suka. karena ada emmmmm isyarat sedang berpikir untuk mencari jawaban, lalu matanya bergerak ke kiri atas sebagai untuk mengkonstruksikan cerita atas apa yang sedang dirasa.
Lalu apakah aku dan istri emosi, marah, kecewa? Iya. Tapi itu kalau dulu sebelum tahu ilmu. Boleh jadi akan marah, kecewa dan bilang sama anak,
“Kamu itu nggak bersyukur ya dibelikan ice cream malah nggak suka!”
“Ya ampun, ini enak banget tahu ayo makan” Sambil aku memaksanya makan. Tapi, seanadinya itu dulu. sebelum tahu ilmu menguasai emosi. Sekali lagi ketika emosi timbul itu karena tidak sesuai antara harapan dan realita.
Apa yang perlu dilakukan? Menerima. Terima dan bersahabat dengan realita. Terima kalau anak tidak suka makanan yang kita bayangkan akan disukainya. Terima bahwa apapun terjadi ya terima. Dalam islam ini disebut ridha atas ketentuan Allah. Ketika ridha boleh jadi tidak mengubah realita. Namun, hal ini mengubah pikiran, perasaan, dan perbuatan kita (state). Berubahnya state berarti mengubah ruang dalam diri. Lebih damai dan lebih lapang. Walhasil hidup lebih tenang. Selain itu ambil tanggung jawab dan lakukanlah refleksi atas peristiwa atau hal tersebut agar di kedepan lebih baik.
Kalau marah- marah, ngamuk tidak terima. Boleh jadi hal kecil akan jadi huru hara besar di rumah tangga. Bila mau terus terjadi huru hara ya tak usah menerima. Jika damai jiwa yang didamba berlatih berkawan dengan realita.
Penulis :Wawan Herman Husdiawan
Editor : Muhamad Gazwan