ERANTB.COM-Lombok Tengah – Komunitas DDOROCARE resmi meluncurkan program Eco-School yang diikuti oleh 60 peserta, terdiri dari perwakilan siswa dan guru SMA serta sederajat di Lombok Tengah, pada Minggu (6/10).
Acara tersebut dibuka oleh Pj. Bupati Lombok Tengah yang diwakili oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Lombok Tengah, Lalu Sarkin Junaidi.
Dalam sambutannya, Lalu Sarkin mengapresiasi program Eco-School yang diinisiasi oleh DDOROCARE, karena merupakan program pertama yang melibatkan sekolah dalam isu kepedulian lingkungan. “Kami sangat mendukung program Eco-School ini. DDOROCARE bisa dikatakan sebagai pelopor gerakan peduli lingkungan di sekolah-sekolah,” ujarnya.
Ia juga mengajak seluruh peserta untuk mengikuti program ini dengan serius, agar terbentuk kesadaran kolektif dalam menjaga lingkungan. “Kesadaran untuk bertanggung jawab pada lingkungan harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan kemudian mengajak teman-teman untuk bersama-sama menjaga lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, Muhamad Wahyu Rosadi, penanggung jawab program Eco-School, menjelaskan bahwa program ini lahir dari keprihatinan DDOROCARE terhadap minimnya kesadaran lingkungan di kalangan sekolah di Lombok Tengah. Selain itu, ia juga melihat potensi konflik yang bisa muncul akibat pengelolaan lingkungan yang kurang tepat.
“Kami menggagas program ini bersama Indika Foundation karena hingga saat ini belum ada sekolah setingkat SMA di Lombok Tengah yang berstatus Sekolah Adiwiyata, padahal sekolah adalah tempat strategis untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan,” jelas Wahyu.
Ia menambahkan, kesadaran kolektif merupakan elemen penting dalam memulai gerakan peduli lingkungan. Dengan adanya kesadaran tersebut, secara alami masyarakat akan bergerak untuk menyelesaikan masalah lingkungan.
“Kami memulai program ini dengan mengadakan Bootcamp untuk memberikan pemahaman dasar dan membangun kesadaran kolektif, sehingga para peserta dapat memprakarsai gerakan peduli lingkungan di sekolah mereka masing-masing,” ungkap Wahyu.
Founder DDOROCARE itu juga menegaskan bahwa jika tidak ada upaya edukasi lingkungan di sekolah, dampak kerusakan lingkungan akan semakin parah dan berpotensi menimbulkan konflik sosial.
“Jika kita tidak memulai edukasi lingkungan sejak dini, semakin sedikit orang yang peduli. Akibatnya, tempat pembuangan sampah akan penuh, dan sampah menumpuk sembarangan, yang bisa menimbulkan konflik akibat aroma tidak sedap di lingkungan,” pungkasnya.