ERANTB.COM – Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Sumbawa melaksanakan kegiatan Mini Loka Karya di Kecamatan Maronge.
Turut dihadiri Kepala DP2KBP3A Kabupaten Sumbawa, Camat Maronge, beserta ketua TP PKK Kecamatan Maronge, anggota Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Maronge, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk pada DP2KBP3A Kabupaten Sumbawa, para Kepala Desa beserta Ketua TP PKK desa Se-Kecamatan Maronge, KUA Kecamatan Maronge, KUPT Puskesmas Kecamatan Maronge, PKB UPT KB PPPA Kecamatan Maronge beserta jajaran dan TPK Kecamatan Maronge, bertempat di aula kantor Camat Marong, Selasa (08/22).
Sri Wahyuni, SE. Plt Kepala UPT KB PPPA Kecamatan Maronge dalam laporannya, menyampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh peserta mini lokakarya karena dapat meluangkan waktu untuk hadir, kegiatan ini diikuti sebanyak 30 orang masing-masing terdiri dari kepala desa se Kecamatan Maronge, Ketua TP PKK desa se Kecamatan Maronge, nutrisionis Puskesmas, TPK (Tim Pendamping Keluarga).
Kegiatan Mini Loka karya ini, menurut Sri Wahyuni, fokus membahas masalah keluarga beresiko stunting sebagaimana kita ketahui bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Selain itu juga telah ditetapkan keputusan bupati sumbawa tahun 2022 tentang pembentukan tim audit kasus stunting, yang didalamnya terdapat tim teknis dan tim pakar, terangnya.
Lanjut Sri Wahyuni, untuk tim teknis yaitu DP2KBP3A Kabupaten Sumbawa, Dinas Kesehatan, Puskesmas, dokter/bidan/tenaga gizi/tenaga sanitasi/tenaga nutrisionis, tenaga unit rekam medis, camat, kepala desa, pkb/plkb, dan TPK. Sedangkan untuk tim pakar yaitu : Dokter Spesialis , Ahli Gizi, Psikolog, Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Griya Husada Sumbawa, Rektor UNSA dan Rektor UTS. Kemudian ada teknikal asistant stunting koordinator gen Sumbawa, sedangkan bapak asuh stunting adalah Dandim 1607 Sumbawa, setelah tim melakukan verifikasi dan validasi data di lapangan maka hasil dari tim tersebut akan dilanjutkan ke tim pakar.
Ada beberapa hal yang juga harus menjadi perhatian kita bersama, ungkap Sri Wahyuni karena ada faktor-faktor lain yang menyebabkan keluarga beresiko stunting diantaranya : tidak tersedianya jambanisasi, tidak tersedianya air bersih, melahirkan dalam kondisi 4 T yaitu : – terlalu muda – terlalu tua – terlalu dekat – terlalu sering.
Adapun harapan dari pelaksanaan mini lokakarya ini, tegas Sri Wahyuni nantinya dapat mengetahui/mendeteksi seberapa banyak keluarga beresiko stunting di masing-masing dusun dan desa se Kecamatan Maronge, sehingga dengan segera mendapatkan pelayanan dan pendampingan kepada sasaran keluarga yang beresiko stunting diantaranya calon pengantin, ibu hamil, pasca salin/menyusui dan bayi dua tahun, tutup Sri Wahyuni.