ERANTB.COM – Jakarta — Anggota Komisi IV DPR RI dari FPKS, H. Johan Rosihan, ST menyampaikan bahwa salah satu hal mendasar yang memunculkan usulan Beasiswa Khusus Anak Petani kepada pemerintah adalah visi Presiden RI tentang SDM Unggul dan Indonesia Maju. Program strategis SDM Pertanian ini berisi tentang pengembangan kualitas SDM dengan cara-cara baru, yang hal ini telah dielaborasi dalam sasaran kebijakan Renstra Kementerian Pertanian 2020-2024.
Politisi PKS ini mengatakan, bahwa kebijakan ini terarah pada peningkatkan kualitas SDM Pertanian dengan cara membentuk regenerasi dan penumbuhan minat generasi muda Pertanian. Lebih jauh, Johan menjelaskan bahwa saat ini sector Pertanian telah menyumbang sebagai kontributor terbesar kedua dalam PDB yakni sebesar 14% dalam rata-rata distrbusi PDB kita dan saat ini jumlah masyarakat yang bekerja pada sektor Pertanian berjumlah 35,16 juta orang.
“Menjadi tantangan pemerintah ke depan untuk fokus pada pengembangan SDM Pertanian berbasis keluarga petani” tegas Johan.
Menurut Anggota DPR RI dapil NTB 1 ini bahwa sebagai bentuk konkret, dukungan pemerintah terhadap keluarga petani dan peningkatan kualitas SDM petani adalah dengan realisasi program beasiswa khusus anak petani. Beasiswa ini akan menjadi pemicu semangat petani agar keluarganya memiliki Pendidikan yang lebih baik dan kesejahteraan yang lebih meningkat.
“Pemerintah mesti mewaspadai fenomena adanya jumlah penduduk yang bekerja di sektor Pertanian yang terus menurun dari 39,22 juta pada 2013 menjadi 38,97 juta pada 2014. Jumlahnya turun lagi menjadi 37,75 juta pada 2015, hingga saat ini terus turun sampai berjumlah sekitar 35,16 juta orang saja, sementara dari sisi usia rerata petani semakin tua dan generasi muda merosot minatnya menjadi petani” Urai Johan.
Johan mengingatkan bahwa adanya program pemerintah tentang Pertanian masuk sekolah, Jangan hanya dijadikan sebatas jargon/kegiatan simbolik saja. Ia mencermati, bahwa tanpa ada kesiapan konsep, kesiapan sarana prasarana, kesiapan kurikulum dan muatan lokal, serta kesiapan pengkondisian sekolah untuk memahami dunia Pertanian secara utuh, maka akan terjadi dis-efisiensi program. Sebagai contoh nyata adalah seperti tenaga pendidik pertanian, lahan percobaan dan lab Pertanian, hingga saat ini tidak efektif dan efisien dalam pencapaian cita-cita bangsa seperti swasembada pangan.
Kondisi petani kita saat ini, lanjut dia, sangat memprihatinkan. Kondisi ini memerlukan penyegeraan pembuatan program yang berorientasi pada keberpihakan kepada keluarga petani di sekolah, seperti program beasiswa khusus anak petani, program anak petani yang berprestasi di sekolah dan lain sebagainya.
Pada paradigma pertanian saat ini, tambah dia, mesti diterjemahkan dalam kebijakan dan serangkaian program-program pembangunan yang pro pada keluarga petani. Sangat penting bagi kita semua, bahwa pertanian tidak identik dengan kemiskinan. Johan mencontohkan bahwa negara-negara lain banyak yang hidup makmur karena memiliki sistem pertanian yang kuat.
“Negara-negara tetangga kita seperti Thailand, Cina, dan Malaysia dapat berjaya dengan produk pertaniannya. Demikian pula Amerika Serikat, hingga kini tetap menjadi eksportir pangan-pangan utama ke berbagai negara. Pertanian di negara kita memiliki potensi pertumbuhan tertinggi bagi pemberantasan kemiskinan dalam jangka pendek dan menengah yang memiliki wilayah pedesaan dengan mayoritas penduduknya petani dan kehidupan keluarganya tergantung kepada pertanian”, tutup Johan Rosihan.