“Upaya Menguatkan Peran Pendidikan Keluarga”
Diantara tantangan terbesar dunia pendidikan saat ini dan ke depan adalah kemampuan melakukan kaderidasi ulama dan pemimpin di level politik-pemerintahan. Kuncinya adalah pendidikan adab, bukan saja adab kepada Allah dan rasul-Nya tapi juga adab kepada manusia dan makhluk lainnya. Bahkan adab terhadap jabatan atau kuasa yang dimandatkan.
Mendapatkan jabatan dengan cara culas adalah diantara adab buruk. Khianat sendiri disebabkan oleh menipisnya adab. Baik kepada Allah dan rasul-Nya maupun kepada jabatan dan diri sendiri. Nama lain tidak beradab adalah biadab, atau bisa juga disebut zolim. Lawan zolim adalah adil.
Masih ada kesempatan untuk berbenah. Kita semua baik secara individu maupun secara kolektif punya tanggungjawab besar. Baik yang bergerak di dunia pendidikan formal maupun informal dan non formal, tak terkecuali pendidikan keluarga. Sebab keluarga adalah benteng utama pendidikan generasi gemilang. Kaderisasi ulama dan pemimpin terbangun sejak awal dari keluarga.
Lebih aplikatif, khusus di lingkungan keluarga, kita bisa melakukan beberapa hal berikut ini:
PERTAMA, Biasakan anak untuk disiplin dalam segala hal, terutama dalam menjaga ibadah wajib dan sunah. Termasuk disiplin dalam memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat dan produktif. Tentu orangtua mesti menjadi teladannya. Biar anak melihat dan belajar mencontoh untuk hidup disiplin.
KEDUA, Jadilah guru pertama dan utama bagi anak-anak kita. Jadilah orangtua atau guru teladan terbaik bagi anak dalam segala hal. Ya, orangtua mesti menjadi guru pertama dan utama bagi anak-anaknya. Jangan sampai anak tak punya kesan apa-apa kepada kedua orangtuanya. Orangtua mesti melayakkan atau memantaskan diri sebagai pendidik terbaik bagi anak-anaknya. Agar anak bangga dan tergerak untuk meneladani atau mencontoh.
KETIGA, Miliki jadwal khusus untuk mendalami alquran dan alhadits, termasuk sejarah peradaban Islam lintas generasi. Termasuk mendalami berbagai ilmu dengan membangun tradisi baca-tulis dan diskusi keluarga. Tak terkecuali mengenal dan memahami sejarah dan inspirasi Rasulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam juga para sahabatnya, juga para ulama lintas disiplin ilmu.
KEEMPAT, Membangun cita-cita dan impian bahwa kelak dari anggota keluarga kita mesti ada yang menjadi ulama dan pemimpin publik. Bangun keyakinan dan kesadaran semacam itu di lingkungan keluarga, terutama kepada anak-anak kita. Bangun rasa percaya diri dan optimisme pada anak-anak kita.
KELIMA, Perluas silaturahim dan jaringan degngan berbagai kalangan. Anak-anak kita juga mesti sering diajak bersilaturahim dengan para tokoh lintas disiplin atau sektor. Terutama para ulama yang memiliki ilmu dan memiliki kharisma yang layak diteladani.
Termasuk silaturahim juga ke para tokoh dalam bidang politik yang berpengalaman dalam mengurus kebijakan publik. Di samping itu juga bisa sesering mungkin untuk silaturahim kepada para pengusaha yang dermawan, pimpinan TNI, Polri, kalangan media dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak kita semakin memahami perannya sebagai umat yang baik sekaligus sebagai warga negara yang baik.
Sebetulanya masih banyak cara yang bisa ditempuh untuk mencapai kematangan anak-anak kita agar kelak menjadi ulama juga pemimpin. Namun beberapa hal tersebut bisa kita coba di lingkungan keluarga kita masing-masing. Ini tentu sekadar pemantik awal, selanjutnya bisa menempuh langkah yang lebih baik dan produktif. Semoga Allah memberi kita kekuatan dan petunjuk serta memberkahi niat baik dan upaya baik kita semua. Allahumma aamiin! (*)
Al-Bahjah, Cirebon,
Senin, 24 Februari 2020