Menu

Mode Gelap
 

Opini · 22 Des 2024 00:26 WITA ·

Hidup Mati, Harapan & Keserakahan Kritik dan Sumbang Fikiran, Jalan Tengah Antara Bencana Kemiskinan dan Lingkungan


 Hidup Mati, Harapan & Keserakahan Kritik dan Sumbang Fikiran, Jalan Tengah Antara Bencana Kemiskinan dan Lingkungan Perbesar

Oleh : Iksan Imanuddin Ketua BPJE PKS Sumbawa

ERANTB.COM– Opini- Orang mencuri itu dosa, tapi tidak semua orang mencuri dihukum dengan hukum yg sama, hakim yang adil pasti akan menelisik sebab akibatnya. Begitupun doa-doa dan sumpah serapah kita, semua mereka telah melakukan kerusakan yang menyebabkan bencana ini semua?.

Disatu waktu, disebuah kampung saya bertemu dengan orang yang menyampaikan, saya sudah 2 bulan tidak ketemu dgn yang ini, sambil menunjuk selembar kertas berwarna merah. Pertamanya sy anggap tidak mungkin, tp setelah kita telusuri, ternyata tidak hanya satu dua orang, tapi cukup banyak dan kita saksikan bagaimana kondisi kehidupan sehari-hari mereka, itulah bukti bahwa kemiskinan membuat mereka mesti mencari makan dari yang diharamkan dalam pandangan hukum positif, tapi mereka juga akibat dari keserakahan di tempat lain. Dan jagung ini, memang bagi sebagian adalah hidup dan “mati”, bagi sebagian yang lain adalah harapan keluarga namun bagi sebagiannya juga adalah “keserakahan”. Maka, begitupun dengan kita menghukum perusakan hutan ataupun yang menanam jagung tak kenal tempat sehingga ikut menyumbang kerusakan hutan yang menyebabkan bencana banjir terjadi di mana-mana.

Sebagai catatan kepada kita semua, dan Bupati & Gubernur yang akan berkuasa, kami menitipkan harapan dan pandangan.

Bahwa menangani hutan Sumbawa dua kali lebih sulit dibandingkan daerah lain di NTB. Hutan sebenarnya punya mekanisme sendiri yang sudah diatur oleh Allah SWT untuk mengembalikan dirinya, jika tidak ada intervensi dari manusia dan hewan ternak. Program Penghijauan dengan menanam satu lokasi yang dilakukan oleh Pemerintah ataupun berbagai komunitas, masih kurang efektif, diantaranya karena tidak ada tanggung jawab pemeliharaan, maka banyak kita saksikan, ketika selesai ditanam, sebelum sampai rumah sudah dimakan oleh sapi/kambing ternak yang dilepas sembarangan. Maka dengan memperhatikan berbagai bencana yang terjadi dan kerusakan hutan, kami mendorong ada penanganan tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang, antara lain:

*Jangka Panjang*

* Membangun Generasi Berjiwa Lingkungan & Bertanggungjawab

Jika anak-anak dari usia 4 tahun hingga sarjana, pendidikan agama diajarkan dibangku sekolah ataupun oleh guru ngaji dengan pembiasaan, begitu dewasa masih saja banyak yang tidak melaksanakannya. Terlebih tentang pendidikan lingkungan yang tidak diajarkan secara serius apalagi dibiasakan. Maka kami mendorong agar melestarikan lingkungan/hutan juga masuk menjadi bagian dari kurikulum sekolah-sekolah kita mulai Pendidikan Dasar seperti yang diterapkan oleh beberapa negara maju dalam sistem pendidikan mereka.

Anak-anak ketika masuk sekolah mulai SD diwajibkan membawa pohon, yang ditanam baik di pot, pekarangan sekolah atau tempat penting lainnya. Mereka juga diberikan tanggungjawab merawat, menyiram dan menjaga tanaman tersebut hingga selesai sekolah, sehingga pendidikan bukan hanya diruangan kelas, tapi juga dilakukan sebelum aktivitas pembelajaran kelas digelar. Maka begitupun, kewajiban menjaga fasilitas publik juga diajarkan dengan memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk membersihkan ruang kelas, halaman sekolah, wc, perpustakaan dan berbagai fasilitas sekolah lainnya dengan cara dijadwal, sehingga sekolah tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk menjaga lingkungan dan fasilitas sekolah seperti yang terjadi saat ini, sehingga siswa bahkan sampai merasa, kalau tidak kotor lalu buat apa mereka digaji untuk membersihkannya, sehingga itulah yang terjadi hampir semua WC sekolah bau dan tidak terawat.

Maka ketika mereka tumbuh dewasa, paling tidak mereka akan tumbuh kebiasaan merawat pohon di pekarangan rumahnya, kepedulian terhadap hutan, lingkungan dan fasilitas publik dimanapun dengan penuh tanggung jawab.
Artinya jika diera saat ini, kepedulian kita terhadap lingkungan dan fasilitas umum rendah, begitupun kerusakan hutan dan gunung begitu masif, maka kita tidak boleh melanjutkannya dengan tidak menyiapkan generasi yang menjiwai dan berbuat nyata terhadap lingkungan.

*Jangka Menengah*

Instansi terkait mesti menyiapkan Unit atau Bidang khusus yang melakukan penelitian serius, agar mampu menawarkan program penghijauan yang bernilai ekonomi bagi kebanyakan masyarakat, maupun menyiapkan ekosistem bisnis sehingga terbangun gerakan penghijauan kembali yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat sebagaimana program jangungisasi yang mampu menaikkan taraf hidup masyarakat karena hasil yang lumayan menjanjikan. Dan hal ini juga mesti didukung oleh regulasi dan politik anggaran. Karena dengan keterbatasan anggaran dan aparatur pemerintah, sangat berat untuk mengembalikan lingkungan kita tanpa melibatkan kemauan dari masyarakat untuk menjaganya, maka cara menjaganya adalah dengan memberikan dampak terhadap perut dan ekonomi masyarakat.

*Jangka Pendek*

Kerusakan sudah begitu masif, dan kita tidak akan bisa membalikkan keadaan lansung dengan membolakkan telapak tangan, apalagi menanam semua kawasan hutan lansung semua. Maka kami, mengharapkan tindakan secara terukur dan seirama:

* Ketegasan : Tidak boleh lagi ada kawasan hutan yang DIBUKA LAGI/PELEBARAN, mesti ada tindakan tegas dan penangkapan bagi yang membuka areal baru.

* Kompromi : Bagi petani yang sudah membuka areal hutan/ilegal, diwajibkan menanam pohon keras atau tanaman buah/bernilai ekonomi misalnya 25 Pohon keras persatu hektar. Ini mesti ada evaluasi dengan melibatkan TNI Polri dan Pemdes.

* Kolaboratif : Dinas Kehutanan atau instansi terkait bekerjasama dengan Pemda, Dinas-dinas, Pemdes, Sekolah dan berbagai komunitas, agar program satu rumah satu Pohon, Sekolah atau komunitas memiliki Hutan Binaan, Desa memiliki RTH ataupun Hutan Desa, kemudian ada insentif anggaran dan kebijakan bagi yang berprestasi begitupun yang abai diberikan sanksi kebijakan ataupun sampai pemotongan anggaran.

Artikel ini telah dibaca 127 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Melanjutkan Visi Besar Pembangunan NTB: Membangun Kesinambungan Menuju Kemajuan

22 November 2024 - 13:45 WITA

Sritex Pailit, Peringatan Darurat Industri Tekstil di Indonesia

5 November 2024 - 08:28 WITA

Pegiat Pendidikan Yakin SJP Harapan Baru Pendidikan Lombok Timur

25 September 2024 - 18:51 WITA

Visi Bang Zul Pemimpin Next Level

15 September 2024 - 16:28 WITA

Soal Aspirasi Lewat Aksi Unjuk Rasa

25 April 2024 - 02:40 WITA

Psikolog Shinta Sari Saleh : Saat Individu Tertimpa Sakit (Musibah) Ada Pesan Cinta Allah SWT Disana.

22 November 2023 - 20:59 WITA

Trending di Opini