ERATNTB.COM– Salah satu ikhtiar untuk bisa mendapatkan keikhlasan adalah dengan merahasiakan setiap ibadah yang kita lakukan sebisa mungkin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat senang jika hamba-hambanya merahasiakan setiap amal yang ia lakukan untuk menjaga keikhlasan mereka dalam ibadah. Dan seperti itulah seyogyanya seorang mukmin dalam beribadah kepada Allah, yaitu merahasiakan ibadah mereka (khususnya ibadah sunnah).
Hal ini tidak lain, sebagai bukti betapa besarnya rasa cinta seorang hamba kepada Tuhannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat senang kepada hambaNya yang mengerjakan ibadah dengan rahasia, yang hanya diketahui oleh ia dan Tuhannya saja. Sehingga sebagian dari mereka bahkan berangan,
لو تمكن من عبادة لا تشعر بها الملائكة الحفظة
“Jikalau memungkinkan ibadah mereka tidak diketahui/dirasakan oleh Malaikat Hafazah (penjaga/ rakib & atid)”
Ini merupakan bentuk majas, saking seorang mukmin sejati ingin merahasiakan ibadahnya agar hanya dia dan Allah saja yang mengetahuinya. Dan untuk menjaga keihklasan serta kemurnian cinta mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bukankah seperti itu juga keadaan orang-orang yang ditimpa perasaan jatuh cinta yang teramat dalam kepada istri/suaminya. Ia akan sangat tidak senang jika apa yang mereka rahasiakan akan diketahui oleh orang lain. Maka seperti itu juga keadaan orang-orang mukmin yang benar-benar mencintai Allah. Ia tidak akan senang jikalau ibadah yang ia hanya peruntukkan untuk Allah diketahui oleh orang lain. Hal ini sebagaimana kaidah/analogi yang disebutkan oleh Imam Ibnu Rojab dalam kitabnya Latooiful Ma’arif,
المحبون يغارون من اطلاع الأغيار على الأسرار التي بينهم وبين من يحبهم ويحبونه
“Seorang kekasih akan sangat cemburu dengan munculnya orang lain dalam rahasia antara dia dengan kekasihnya”
Maka seperti itu jugalah saat kita menunjukkan cinta kita kepada Allah dengan beribadah kepadaNya. Sudah seharusnya kita merahasiakan ibadah kita sebisa mungkin. Agar ibadah tersebut bisa tetap murni hanya untuk Allah bukan untuk hal lain ataupun orang lain.
Maka hal ini jugalah yang membuat Allah menyatakan, bahwa Ia lah yang akan membalas orang-orang yang berpuasa dengan balasan tanpa batas. Sebagaimana hadits Abu Hurairah berikut ini,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Semua amal Bani Adam (manusia) akan dilipat-gandakan dengan sepuluh kali kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya.”
Yakni Aku akan memberikan pahala yang banyak tanpa menentukan kadarnya. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” [Az-Zumar/39: 10]
Imam Ibnu Rojab menjelaskan bahwa, salah satu sebab Allah yang akan membalasnya dengan pahala tanpa batas adalah karena puasa merupakan ibadah rahasia/ tersembunyi dari riya’. Dan ibadah yang hanya diketahui oleh seorang hamba dan Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Dan orang yang berpuasa juga meninggalkan sesuatu yang diinginkan oleh syahwat yang dalam hari-hari biasa, mereka biasa dan bisa melakukannya. Seperti makan dan minum ataupun berhubungan suami istri. Tapi, karena puasa mereka meninggalkan hal yang biasa dan bisa mereka lakukan tersebut. Bahkan di tempat sepi sekalipun. Maka inilah bukti sehatnya iman seorang mukmin.