Oleh : Ubaidullah, M.Pd
(Dosen Universitas Samawa (UNSA) &Ketua Pemuda Muhammadiyah Sumbawa)
ERANTB.COM – “Guru adalah bagian terpenting dalam kemajuan dunia pendidikan. Guru adalah tiang utama dalam melahirkan generasi emas yang dilandasi dengan nilai-nilai pancasila sebagai basic ideology bangsa. Ditangan gurulah tunas-tunas bangsa akan berbunga dan berbuah manis bagi sebuah perdaban baru yang mulia” (penulis).
Salah satu kebijakan yang ditelorkan oleh pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemdibud) yaitu adanya guru penggerak. Kebijakan ini tentu sangat baik untuk kemajuan pendidikan bangsa Indonesia kedepan. Sebuah kebijakan baru itu berhasil ketika mampu terlihat progresnya secara siginifikan dan berimplikasi positif bagi kehidupan bangsa dan bernegara.
Tugas penting Negara dan pemerintah harus mampu melahirkan generasi masa depan yang memiliki kompetensi baik berkaitan dengan intelektual, spiritual, dan emosional. Dengan cara merumuskan kebijakan pendidikan yang baik dan pro terhadap kemajuan guru dan anak didik.
Mewujudkan sistem pendidikan yang ideal, berkualitas, dan humanis diperlukan satu intrumen pendukung yang seyogiayanya memilki peran penting dalam melahirkan peserta didik yang berkualitas. Istrumen tersebut adalah tenaga pendidik yaitu guru. Sangat mustahil bilamana kita menutut revolusi pendidikan kita menjadi baik, tetapi sumber daya pendukung tidak betul digembleng dengan baik. salah satu intrumen penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Guru menjadi tolok ukur dalam melahirkan peserta didik yang memilki kompetensi, life skill dan kualitas yang baik,(Ubaidullah: 2020).
Guru memiliki peran penting dan strategis dalam memajukan pendidikan dan meningkatkan kwalitas human recourses atau sumber daya manusia (SDM) kita. Guru memiliki tugas mulia dan guru memiliki nilai lebih karena mampu merubah dan mengkonstruksikan peserta didiknya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak beradab menjadi beradab. Hal ini semua guru lakukan melalui proses panjang.
Guru merupakan kunci utama dalam pendidikan untuk membawa pendidikan di masa depan yang lebih baik karena itu, saat ini seluruh guru dituntut untuk menjadi guru penggerak atau dengan kata lain guru harus melakukan perubahan dalam proses pembelajaran mereka dan tidak terpaku pada hal-hal yang konvensional karena sudah jelas, proses pembelajaran yang sebagian besar guru lakukan saat ini sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman karena perubahan berlangsung dengan cepat dan menyangkut seluruh sisi kehidupan manusia.
Tugas guru salah satunya adalah mempersiapkan masa depan anak didik. Guru harus benar-benar memahami pemetaan potensi siswa. Guru dapat mengamati keseharian siswa di sekolahan dan melihat minat mereka cenderung pada bidang apa. Guru lebih dalam harus memiliki catatan, baik secara nyata maupun imajiner, tentang siswa.
Guru menilai secara rutin para siswa sehingga guru dapat membuat analisis dari catatan penilaian tersebut untuk mengarahkan siswa sesuai potensi. Jangan sampai guru karena kesibukan mengajar, mengejar krietria ketuntasan minimal, dan mempersiapkan administrasi, menjadi abai terhadap bakat-bakat terpendam siswa.
Apa Itu Guru Penggerak?
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengatakan bahwa dalam unit pendidikan harus ada minimal satu guru penggerak. Menurutnya, guru penggerak harus bisa mengutamakan murid dari pada karir guru. Guru penggerak harus bisa mengambil tindakan secara inisiatif untuk melakukan perubahan pada muridnya. Selain itu, harus ada orang tua penggerak karena hal tersebut juga bertujuan untuk murid. Dengan adanya guru penggerak pemerintah bisa membantu memerdekakan guru untuk melakukan segala macam inovasi. Inovasi tidak selalu berhasil, namun setidaknya sudah terus mencoba agar mengetahui apa yang pas untuk dunia pendidikan di Indonesia.(Kompasiana.Com).
Perlu diketahui bersama bahwa ada bBeberapa langkah untuk menjadi Guru penggerak. Pertama Belajar teknologi. Teknologi berkembang dengan pesat, dunia berubah dengan cepat tentunya setiap perubahan yang terjadi ada ilmu baru yang muncul dan Guru harus update dengan ilmu-ilmu baru yang muncul. Realita bahwa ilmu yang disampaikan dalam dunia. Kedua guru harus banyak belajar ilmu-ilmu baru yang muncul, belajar menggunakan metode baru, belajar memahami kebutuhan Pendidikan siswa, belajar memahami karakter siswa generasi yang diajar dengan kata lain jika ingin menjadi guru penggerak harus terus belajar dan belajar atau sering disebut Life Long learning.
Guru penggerak tidak lagi menceramahi siswanya tetapi memberikan pertanyaan sehingga muncul diskusi dalam proses pembelajaran, oleh karena itu seorang Guru harus belajar bagaimana memberikan pertanyaan untuk menciptakan diskusi yang menarik bagi siswa. Ketiga guru penggerak, mempunyai berbagai macam inovasi, bergerak tanpa menunggu komando harus menciptakan pembelajaran yang mampu membuat siswa berpikir kritis bukan mekanis karena hanya siswa yang mampu berpikir kristislah yang mampu meraih masa depan yang cemerlang di abad 21. Guru tidak boleh terpaku dengan sumber belajar yang sudah disediakan tetapi harus mampu mengembangkan apa yang sudah ada saat ini dan tentunya dengan kemudahan mencari informasi saat ini, hal tersebut bukanlah sesuatu hal yang sulit bagi seorang.
Menjadi Guru Penggerak memang bukanlah perkara mudah tetapi dunia Pendidikan kita saat ini membutuhkan guru-guru penggerak untuk merubah wajah Pendidikan kita saat ini demi generasi pengganti yang lebih baik karena kita harus ingat bahwa Negara ini dapat berubah jika wajah pendidikannya dapat berubah. (media Indonesia.com)
Peran dari seorang Guru Penggerak tidak akan berjalan dengan baik apabila dalam implementasinya tidak mengacu pada substansi sebuah nilai. Nilai dan peran merupakan satu kesatuan yang selaras dan saling melengkapi satu sama lain. Eksistensi peran Guru Penggerak ada karena nilai-nilai yang menopangnya. Peran Guru Penggerak sebagai Pemimpin Pembelajaran, penggerak komunitas praktisi, coach bagi guru lainnya.
Filosofi Ki Hadjar Dewantara yang menanamkan nilai-nilai among, yaitu guru sebagai teladan, sebagai pemberi semangat dalam menciptakan ide kreatif, dan pendorong motivasi adalah peran serta guru dalam menuntun kodrat anak dalam pembelajaran agar sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya
Dalam konteks ini, guru penggerak harus menjadi katalisator dan eskavator perubahan pendidikan di daerahnya dengan cara :
- Menggerakkan semua komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya.
- Mejadi pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah.
- Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah.
- Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antar guru dan pemangku. kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.
- Menggali seluruh potensi siswa agar selalu aktif dan inovatif dalam belajar.
Guru Penggerak Berbasis Nilai Profetik Nilai dalam diri seorang guru itu sangat penting. Dalam proses pembelajaran seorang guru harus mampu menebarkan nilai-nilai kebaikan, kemajuan, keteladanan, keterbukaan, tolernasi, dan tanggungjawab.
Dalam diri seorang ada terpatri nilai-nilai profetik sebagai pondasi dalam melahirkan siswa-siswi yang tidak hanya kuat dalam kompetensi intelektual tapi lemah dalam kompetensi spiritual dan emosional. Nilai profetik adalah nilai yang di ajarkan oleh Nabi Muhmmad dalam mengedukasi dan mengkonstruksikan umat manusia agar mampu mengetahui jati diri, harga diri, kemampuan diri, manejemen diri dan lain-lain. Nilai-nilai yang diajarkan Nabi selaras dengan nilai-nilai dari setiap butir pancasila.
Kuntowijoyo (2004) menjelaskan terkait dengan menjelaskan bahwa nilai-nilai pendidikan profetik itu dapat dijadikan tolok ukur perubahan sosial dalam kehidupan tercakup pada pada tiga kandungan dalam ayat Qur’an ayat 110 Ali-Imran: “engkau adalah umat yang terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan (amar ma’ruf), mencegah kemungkaran (nahi mungkar) dan beriman kepada Allah Swt (tu’minu billah)”.
Dapat diinterpretasikan bahwa ayat di atas memuat tiga pilar dasar, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. Humanisasi sebagai derivasi dari amar ma’ruf mengandung pengertian kemanusiaan. Liberasi yang diambil dari potongan ayat nahi mungkar mengandung pengertian pembebasan/ membebaskan. Transendensi adalah dimensi faktual tentang keimanan manusia sebagai mahluk ciptaan Allah Swt. Ketiga pilar utama dari nilai profetik ini, tentunya mempunyai implikasi positif dan konstruktif yang lebih humanitik dalam hidup dan kehidupan manusia.
Menurut Hardiyanto (2016), nilai pendidikan profetik adalah pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai Al-qur’an yang dibawa oleh nabi dengan tujuan memanusiakan manusia, membebaskan manusia dari kebodohan, dan mengarahkan manusia untuk kembali meneguhkan keimanannya kepada Allah Subhanahuwata’ala. Nilai huamnisasi, liberasi, dan transendisi harus dimiliki guru penggerak, karena nilai-nilai profetik menjadi funadamen dalam melahirkan siswa memilki kekuatan baik intelektual, emosional, dan spiritual.