ERANTB.COM– Sumbawa adalah daerah yang mayoritas mata pencarian penduduknya bersumber dari hasil pertanian.
Pekerjaan ini dapat dibilang sudah turun temurun dilakukan semenjak dari nenek moyang kita, sampai pada generasi saat ini, menariknya dari hasil bertani inilah mereka para orang tua mampu menyekolahkan para anak-anaknya sampai dibangku perguruan tinggi.
Bicara pertanian, tentu hal pertama yang muncul di pikiran kita adalah suasananya yang tenang, pemandangannya yang indah, hamparan padi dan jagung yang luas membentang di setiap sawah dan ladang para petani. Itu tak salah dan sulit untuk ditepis kemudian benar adanya namun alangkah bijaknya, kita juga harus bertanya bagaimana dengan nasib petani kita? Jawabannya tentu akan berbeda-beda tergantung dari siapa dan sudut mana mereka melihatnya yang pasti dari pelaku tani sendiri keadaan petani hari ini tidak dalam keadaan baik.
Nasib petani kita tak seindah pemandangan padi dan jagung yang dihasilkan oleh tangan dingin mereka. Mata dapat memandang tak kenal batas sedangkan kenyaataan batas tiap-tiap lahan dari tahun ke tahun semakin menyempit dan memilukan.
Lahan yang biasa digarap satu keluarga menjadi beberapa keluarga setalah para anak keturunan mereka setelah berkeluarga dan berumah tangga belum lagi dengan biaya produksi yang tidak berbanding lurus dengan harga dipasaran.
Dapat dibayangkan siklus kehidupan yang akan tetap berlanjut sampai menuju titik penghabisannya, membuat para petani kita semakin khawatirkan akan masa depan mereka mengingat biaya hidup dan tuntutan hidup semakin mahal tak terjangkau.
Pendidikan yang semakin mahal, Kesehatan yang semakin mahal, biaya hidup yang semakin mahal, biaya produksi yang semakin mahal dan harga padi dan jagung yang tak pernah mahal-mahal di setiap musimnya.Lantas kepada siapa mereka harus memohon selain diam dalam sabarnya dan berharap kepada mereka yang masih memiliki nurani.
Sembilan Desember 2020 mendatang katanya pesta rakyat semoga saja bukan pestanya para penjilat. Perlu kita sepakati bahwa rakyat Sumbawa mayoritasnya adalah petani maka bicara rakyat tentu berbicara tentang petani. Ada berapa catatan penting yang perlu untuk disajikan dan kita renungkan bersama terkhususnya para calon pemimpin tanah intan bulaeng untuk 5 tahun ke depan diantaranya adalah :
1.Masalah ketersediaan air, rata-rata dibanyak wilayah mengeluhkan ketersediaan air. Sudah saatnya kita memikirkan hal ini karena tentu dari tahun ketahun ketersediaan air kita semakin menipis. Solusinya pemerintah harus berani mengambil langkah untuk bekerja sama dengan setiap kepala desa untuk mencari solusinya agar tiap desa memiliki satu mesin bor yang dapat dimanfaatkan oleh masing-masing kelompok tani, tidak berhenti disitu namun dalam pemanfaatannya bagi tiap-tiap kelompok tani di syaratkan untuk dapat menanam ratusan atau bahkan ribuan bibit pohon pada hutan-hutan yang mulai gundul dikawasan wilayah desanya masing-masing. Karena bicara air adalah suatu kemustahilan ketika keadaan hutannya dalam keadaan gundul dan gersang.
2. Harga bibit Jagung yang mahal, bisa di bayangkan untuk mendapatkan bibir yang berkwalitas baik, para petani harus mengeluarkan Rp. 100.000 /kg bibit jagung. Fakta ini mungkin akan sanggah dengan telah dibagikan sekian bibit jagung diberikan kepada petani, itu tak salah, namun yang perlu dipahami bibit yang telah dibagikan dirasa kurang maksimal dari tingkat pertumbuhannya kwalitas jagungnya sehingga berakibat pada hasil panen yang diperoleh. Pembagian bibit semacam ini baik sekali namun harus disertakan dengan kwalitas bibit yang baik, seperti yang telah dibahas di atas harus benar-benar mempertimbangkan tingkat pertumbuhannya dan jumlah hasil yang tentunya akan melimpah bagi petani.Pemerintah sudah saatnya harus serius menangi persoalan ini mengingat biaya produksi yang tidak murah, gagalnya petani memperoleh kesejahteraan berarti sama artinya dengan alfanya pemerintah hadir ditengah persoalan petani.Maka salah satu solusinya pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan para Universitas dan Lembaga penelitian yang ada di Sumbawa atau di NTB untuk memikirkan bagaimana cara mengolah jagung dari petani kita untuk dijadikan bibit unggul seperti bibit-bibit yang beredar hari ini dipasaran. Kalau semisal berhasil Pemerintah juga dapat menjualnya kembali kepada petani tentu dengan harga yang jauh lebih murah. Langkah ini tentu dapat mengerem biaya produksi petani dan membuka peluang usaha untuk para lembaga penelitian untuk mengambil bagian memberi sumbangsi berarti kepada petani kita.
3. Ketersediaan Pupuk, Entah apa yang membuat ketersediaan pupuk dan jatah pupuk subsidi kepada petani semakin berkurang tiap tahunnya. Lahan demi perlahan pupuk non subsidi yang semakin di tingkatkan jumlahnya untuk didistribusakan kepara petani. Hasilnya memang menarik namun karena harganya yang melangit membuat para petani selalu mengeluh setiap waktu pengambilan pupuk di tempat-tempat pengecer. Pupuk yang tidak maksimal di berikan ke tanaman akan berdampak fatal untuk hasil petani kita. Masalah pupuk ini memang runnyam namun tak ada yang sulit selagi kita benar-benar serius dalam mencari solusinya. Kita punya peternak yang kotoran ternaknya dapat dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk alternatif ditengah mahal dan terbatasnya jumlah pupuk saat ini, tinggal keseriusan pemerintah untuk merangkul mereka yang memiliki kemampuan dalam mengolah kotoran ternak menjadi pupuk akternatif yang berkwalitas baik.
4. Harga Jual yang selalu dibawah harapan, ketika musim panen telah tiba maka tiba pula waktunya harga mulai anjlok. Petani memang selalu dilematis seperti halnya ketika senjata api di todongkan ke kepala kita, tak ada banyak pilihan selain tunduk dan menerima ketika dijadikan tumbal permainan pasar. Rasanya tak ada keberpihakan terhadap dirinya.
Mereka dibiarkan lepas bebas seperti anak ayam yang kehilangan induknya, sedangkan ular pitor yang bernama Capital siap untuk memangsanya.
Petani akan selalu jauh dari kata sejahtera selagi kebijakan tak pernah benar-benar berpihak kepadanya. Akhirnya 9 Desember menjadi harapan untuk kita semoga Allah memenangkan pemimpin Sumbawa yang memiliki niatan tulus, berani serta selalu berjuang dan perpihak kepada kepentingan masyarakat Sumbawa.
Sesungguhnya Allahlah pemilik langit dan bumi, kemanapun kita berpaling disanalah wajah Allah. Ketuklah hati kami, tuntunlah jalan kami, bukalah pikiran kami dan ringanlah tangan kami karena sesungguhnya tak ada daya dan upaya selain pertolangan darimu.
Penulis : Irawansyah
Editor : M.Gazwan